Membaca buku “Neo-Kolonialisme Amerika Serikat (AS) Di Asia, Perspektif Indonesi” Ada Kisah Energi yang Memilukan (sebuah Resensi)
Sebuah buku berjudul “Neo-Kolonialisme Amerika Serikat (AS) Di Asia, Perspektif Indonesi”, yang disusun oleh Hendrajit, dkk kembali saya baca. Karena buku ini baru terbit Desemebr lalu. Buku yang mengulas soal penjajahan gaya Baru setebal 403 halaman ini menarik. Hendrajit, dkk, lalu ada wartawan dan peneliti, yaitu Rahadi Teguh Wiratama, M. Abriyanto, Satrio Arismunandar, Agung Marsudi D.Susanto, Dina Y. Sulaeman serta editor Eka Hindra dan periset Rusman.
Saat saya membaca ini dikupas berbagai kebijakan AS di Asia yang begitu kuat misinya untuk menjadi penguasa dunia di berbagai bidang. Menariknya, Indonesia pun ikut dalam pusaran pengaruh dari neo kolonalisme yanh dimainkan negeri Paman Sam ini. Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute, menelaah soal praktek kotor AS sejak dahulu ingin mengendalikan dunia, termasuk di Indonesia yang kaya akan sumber alam dan posisinya sangat strategis.
Terkhusus yang ingin saya ungkap, — meski tak semua– adalah soal Bab VII GeoPolitik Sumber Daya Alam di Asia (hal 254.)
Bagaimana di buku ini Agusng Marsudi, mengunkap peran perusahaan minyak besar—Caltex, Stanvac, dan Shell—dalam sektor energi di Indonesia:
Caltex (Sekarang Chevron) Caltex Pacific Indonesia adalah nama lama dari Chevron yang pernah menjadi pemain utama dalam sektor minyak dan gas di Indonesia.
Produksi Minyak Bumi Caltex menjadi pengelola utama Blok Rokan di Riau sejak 1924 hingga 2021, yang merupakan salah satu blok minyak terbesar di Indonesia. Blok Rokan menyumbang lebih dari 40% produksi minyak nasional di era kejayaannya. Teknologi dan Infrastruktur: Memperkenalkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi sumur tua. Berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur lokal, termasuk jalan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Kontribusi Ekonomi memberikan kontribusi signifikan melalui pajak, royalti, dan dividen bagi pemerintah Indonesia. adanya ribuan lapangan kerja di wilayah operasinya.
Tapi habis menguras alam Indoenisa tahun 2021, Blok Rokan diserahkan kepada National Oil Campany (NOC) yaitu Pertamina Hulu Rokan, menandai peralihan pengelolaan sumber daya ke perusahaan nasional.
Ada Stanvac (Standard Vacuum Oil Company) Stanvac adalah perusahaan patungan antara Standard Oil of New Jersey (ExxonMobil) dan Socony-Vacuum Oil Company (sekarang Mobil Oil) yang memainkan peran penting di sektor energi Indonesia pada abad ke-20.
Eksplorasi dan Produksi Stanvac mengelola eksplorasi dan produksi minyak di Sumatera Selatan dan Jawa. Perusahaan ini mendirikan kilang minyak di Plaju, Sumatera Selatan, yang menjadi salah satu fasilitas kilang tertua di Indonesia. Apa kontribusi Infrastrukturtelah membantu membangun jalur pipa dan fasilitas pengolahan untuk mendukung kegiatan produksi minyak. Infrastruktur yang dibangun oleh Stanvac membantu memperluas distribusi minyak domestik. Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mengambil alih operasi Stanvac, yang kemudian menjadi bagian dari Nasionalisasi Pertamina.
Selain itu ada Shell Royal Dutch Shell adalah salah satu perusahaan minyak multinasional tertua yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Eksplorasi Sejak Kolonial Shell menjadi salah satu perusahaan pertama yang mengeksplorasi dan memproduksi minyak di wilayah Indonesia sejak awal abad ke-20, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pasar Produk Minyak Shell memperkenalkan berbagai produk minyak dan pelumas yang digunakan di sektor industri dan transportasi. Hingga kini, Shell masih aktif di Indonesia melalui penjualan bahan bakar dan pelumas dengan merek Shell Retail dalam Investasi di Energi Baru, Shell berkontribusi pada pengembangan energi terbarukan di Indonesia, termasuk proyek energi bersih dan inisiatif keberlanjutan. Perusahaan juga terlibat dalam pembangunan jaringan stasiun pengisian bahan bakar kendaraan listrik (EV).
Secara Modernisasi dan Teknologi Shell memperkenalkan teknologi penyulingan modern dan standar operasional internasional yang menjadi rujukan bagi pengembangan industri migas nasional.
Peran Besar Ketiganya dalam Konteks Indonesia Caltex, Stanvac, dan Shell membantu membangun fondasi industri minyak dan gas di Indonesia sejak era kolonial hingga era modern. Mereka menjadi pelopor eksplorasi, produksi, dan distribusi minyak bumi di wilayah Indonesia. Nasionalisasi aset mereka pada 1960-an oleh pemerintah Indonesia memperkuat posisi Pertamina sebagai perusahaan minyak negara yang mengelola sumber daya energi strategis. Tantangan dan Kontroversi. Keberadaan perusahaan asing sering kali menjadi isu sensitif terkait kontrol terhadap sumber daya alam.
Dampak lingkungan, isu hak masyarakat lokal, dan pembagian keuntungan menjadi tantangan dalam hubungan antara perusahaan ini dan pemerintah Indonesia. Kesimpulan Ketiga perusahaan ini memiliki peran besar dalam membangun infrastruktur, teknologi, dan kapasitas produksi energi di Indonesia. Namun, nasionalisasi aset mereka menunjukkan upaya Indonesia untuk mengamankan kedaulatan atas sumber daya alamnya dan meningkatkan manfaat bagi perekonomian nasional.
Bedahan buku ini dari kaca mata Agung menarik saat membedah Amerika Serikat dalam sektor energi Indonesia.
ExxonMobil sering dianggap sebagai perpanjangan dari kepentingan geopolitik AS, termasuk untuk memastikan akses terhadap sumber daya strategis di kawasan Asia-Pasifik.
Dalam konteks hubungan bilateral, keberadaan ExxonMobil menjadi bagian dari strategi AS untuk menjaga pengaruhnya di Indonesia sebagai negara penting di Asia Tenggara.
Ada peran sosok John D. Rockefellar (1839-1937) dari AS ini ada kaitan dalam kelompok “Seven Sisters” memiliki keberadaan dan pengaruh besar, meskipun beberapa sudah berubah nama atau beralih menjadi bagian dari perusahaan lain. Kehadiran mereka di Indonesia: ExxonMobil (dari Standard Oil of New Jersey): ExxonMobil memiliki operasi besar di Indonesia, termasuk dalam pengelolaan sumber daya minyak dan gas. Mereka berperan dalam beberapa proyek hulu dan hilir energi di Indonesia.
Shell (Royal Dutch Shell): Shell adalah salah satu pemain besar di industri energi Indonesia, terutama dalam sektor eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Mereka juga terlibat dalam pengembangan energi terbarukan. BP (dari Anglo-Persian Oil Company): BP memiliki sejarah panjang di Indonesia, terutama di sektor gas dan minyak. Mereka terlibat dalam beberapa proyek besar, seperti pengembangan gas alam di Cepu dan proyek LNG di Tangguh. Mobil (dari Standard Oil of New York): Mobil bergabung dengan Exxon untuk membentuk ExxonMobil dan tetap beroperasi di Indonesia.
Chevron (dari Texaco dan Standard Oil of California): Chevron adalah salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia, dengan fokus pada eksplorasi dan produksi minyak dan gas di wilayah Indonesia. Gulf Oil: Gulf Oil tidak lagi beroperasi secara independen di Indonesia setelah bergabung dengan Chevron pada 1980-an.
Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan ini telah memiliki peran penting dalam industri minyak dan gas Indonesia, baik sebelum maupun setelah era dominasi “Seven Sisters.” yang pemiliknya John D. Rockefellar . Perusahaan-perusahaan ini bekerja sama untuk menguasai pasokan dan distribusi minyak global, serta menentukan harga minyak internasional. Istilah “Seven Sisters” mencerminkan pengaruh besar mereka dalam industri energi pada masa itu.
Porsite Freeport di Timika Papua / FOTO AM-MIGANESIA
Ada Freeport
Freeport Indonesia, sebagai anak perusahaan dari Freeport-McMoRan yang berbasis di Amerika Serikat, memainkan peran besar dalam eksplorasi dan produksi tambang emas serta tembaga di Papua Insonesia. (hal 275).
Freeport mengelola tambang Grasberg, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia. Freeport menyumbang pendapatan yang signifikan melalui pajak, royalti, dan dividen kepada pemerintah Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi ini mencapai miliaran dolar.
Tambang Freeport menjadi sumber utama pendapatan bagi Papua, yang diatur melalui Dana Bagi Hasil (DBH) tambang. Sebagai salah satu investasi asing terbesar di Indonesia, Freeport memainkan peran dalam menarik investasi ke sektor pertambangan Indonesia.
Grasberg sebagai Tambang Raksasa: Tambang Grasberg adalah salah satu cadangan emas terbesar di dunia dan juga salah satu penghasil tembaga terbesar. Peran Freeport sangat penting dalam eksplorasi dan pengelolaan tambang ini.
Sebagian besar hasil tambang (emas dan tembaga) dari Freeport diekspor, yang memberikan kontribusi pada neraca perdagangan Indonesia. Namun Pembagian Keuntungan: Selama bertahun-tahun, pembagian keuntungan antara Freeport dan pemerintah Indonesia menjadi isu sensitif.
Penandatanganan Kontrak Freeport di Jakarta Indonesia, 1967. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP)
Tambang Freeport/AM-miganesia