Bagaimana Nasib Patraniaga Setelah Sub Holding
Oleh : Salamuddin Daeng
Patra Niaga sekarang adalah pedagang murni, beli BBM dan jual lagi ke masyarakat. Patra Niaga sudah sama dengan perusahaan swasta pada umumnya, diberikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat, dan segera bisa melakukan IPO atas pusahaan. Patra niaga akan go publik sebagai perusahaan yang mandiri.
Namanya Pertamina Patra Niaga (PPN) Apa yang dimiliki patraniaga? PPN memiliki lebih dari 20 terminal terintegrasi, 97 terminal bahan bakar, 2 terminal LPG, 63 terminal penerbangan, dan hampir 4.000 truk bahan bakar. Jaringannya mencakup lebih dari 15.000 stasiun bahan bakar ritel, 5.000 agen LPG PSO, dan 250.000 outlet LPG PSO. Sekitar 93% dari lebih dari 6.000 SPBU regulernya menggunakan mekanisme yang dimiliki dealer, dioperasikan oleh dealer.
Aset aset yang siap untuk dijadikan dasar untuk mencari utang dan siap dijadikan sebagai aset untuk IPO ke bursa saham. Lalu bagaimana kondisi keuangannya sekarang? PPN memiliki kas yang tersedia sebesar USD2,1 miliar pada akhir 2023, terhadap USD3,2 miliar utang jangka pendek.
Dari utang yang akan jatuh tempo tersebut, sebesar USD1,5 miliar merupakan pinjaman modal kerja yang dapat diperpanjang dan USD1,6 miliar merupakan pinjaman pemegang saham dari Pertamina. Nah dengan kondisi utang jangka pendek yang sangat besar, patraniaga harus berjuang keras mencari pinjaman baru atau mencari uang dipasar keuangan agar tersedia kas yang cukup untuk membeli BBM dan menjualnya kembali ke masyarakat.
Beli berapa jual berapa tinggal itu selisih ya itulah untung yang akan didapat pertamina patra niaga. Sekarang ada harapan Pertamina Patra Niaga ambil hutang besar besaran. Sebagaimana dikabarkan media bahwa patra niaga memiliki Alakses Pendanaan Diuntungkan dari perbankkan nasional yakni senilai USD1,7 miliar dengan Pertamina dari PT Bank Rakyat Indonesia dan PT Bank Mandiri (Persero). Melalui Pertamina, PPN juga memiliki akses terhadap fasilitas kredit yang dijamin pemerintah senilai USD3 miliar dari Bank Mandiri, BRI, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI).
Fasilitas ini masih belum ditarik pada akhir tahun 2023 dan tujuan utamanya adalah untuk mengelola dampak potensi kenaikan harga minyak. Seberapa besar kebutuhan patra niaga terhadap dana? Sangat besar yakni untuk mengadakan sedikitnya 80 miliar liter BBM atau setidaknya senilai 800 triliun rupiah.
Lalu berapa potensi dana yang dimiliki secara tunai ada dari Penggantian subsidi sebesar USD5,5 miliar-6,0 miliar pada 2024 dan sekitar USD5,0 miliar pada 2025; jumlah nya sekitar 11 miliar dollar atau sekitar 181 sampai 200 triliun. Sekitar 85% dari total piutang kompensasi yang belum dibayar akan dibayarkan setiap tahun ini. Dengan demikian maka Patra niaga adalah satu satunya perusahaan di Indonesia yang dapat berhutang hingga 800 triliun rupiah sampai dengan 1000 triliun rupiah untuk membiayai operasionalnya terutama pengadaan BBM.
Ini patra niaga bakal sugih rek. Akan memiliki revenue mepampoi perusahaan manapun di di Indonesia dan akan masuk dalam 500 fortune. Ini semua jika privatisasi atau swastanisasi patraniaga terus berlanjut secara tidak koar koar seperti kata Wamen BUMN.