
” Pertanyaannya kenapa kita enggak bikin RON 88 di dalam negeri? kenapa harus di-blending di luar? RON 88 juga tidak ada di pasaran dunia. 70 persennya diimpor, itu yang saya enggak habis pikir,” katanya.
Selain itu, Faisal juga mengungkapkan pihaknya telah memberikan waktu 5 bulan kedepan untuk melaksanakan rekomendasi penghapusan RON 88 menjadi RON 92.
” Pemerintah menerima rekomendasi kita tapi kasih waktu ke Pertamina dua tahun. Makanya sekarang kita dorong pemerintah dorong Pertamina menjadi lebih sehat dan lebih cepat dari dua tahun,” ujar Faisal.
Meski demikian, Faisal mengungkapkan bahwa RON 88 merupakan komoditas yang paling banyak digunakan, sehingga tak mudah menghilangkannya. Namun, karena RON 88 paling berdampak besar kepada masyarakat, sehingga tata kelola penyaluran dan harganya seharusnya bisa transparan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Tetang ini pemerintah harus dorong Pertamina agar secepat mungkin mengubur dalam-dalam RON 88 yang banyak mudaratnya itu,” pungkasnya. (REZ)
foto : atjehjustice.com